وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم
( مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ اَلدُّنْيَا, نَفَّسَ اَللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ اَلْقِيَامَةِ , وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ, يَسَّرَ اَللَّهُ عَلَيْهِ فِي اَلدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ, وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا, سَتَرَهُ اَللَّهُ فِي اَلدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ, وَاَللَّهُ فِي عَوْنِ اَلْعَبْدِ مَا كَانَ اَلْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ )
أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa melepaskan kesusahan seorang muslim dari kesusahan dunia, Allah akan melepaskan kesusahannya pada hari kiamat; barangsiapa memudahkan seorang yang mendapat kesusahan, Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat; dan barangsiapa menurutpi (aib) seorang muslim, Allah akan menutupi (aibnya) di dunia dan Akhirat; dan Allah selalu akan menolong hambanya selama ia menolong saudaranya." Riwayat Muslim.
Digambarkan ketika awal mula risalah islam diturunkan terjadi dekadensi moral yang cukup parah di jazirah arab yang bahkan beberapa menyebutkan yang paling parah pada masanya, namun semua itu seketika sirna ketika ajaran yang dibawa oleh seorang manusia mulia yang menyerukan al-Haq, seorang yang cukup dikenal di kalangan bangsawan maupun masyarakat sipil kota makkah pada waktu itu. Sepak terjangnya sungguh mencengangkan, pria yang digelari Al-Amin oleh masyarakat Makkah itu menyerukan tentang sesuatu yang benar dan sesuatu yang salah menurut Dzat yang Maha Tinggi, tentu saja ini membuat para pemuka kota Makkah geram, mereka menganggap, Muhammad ingin menghancurkan kearifan lokal yang sudah dibangun sejak zaman nenek moyang mereka, tentu ini sangat sulit untuk diterima, namun dengan keindahan ajaran dan nilai-nilai islam yang Muhammmad bawa, Beliau mampu menghipnotis seluruh orang-orang yang ada pada masa itu, dengan perjuangan yang gigih dari Muhammad dan para pengikutnya, ajaran islam dapat diterima dengan baik, kejahiliyahan pun sirna dan cahaya kedamaian datang meliputi jazirah arab dan sekitarnya.
Bicara tentang esensi ajaran islam tentu tak jauh dari sosok mulia Nabiyullah Muhammad SAW. Dengan keindahan akhlak dan nilai-nilai yang beliau tunjukan dalam menghadapi segala cacian dan cobaan yang datang tentunya banyak pelajaran dapat kita ambil salah satunya yaitu bagaimana kita hidup bermasyarakat, menunjunkan nilai dan keindahan ajaran islam melalui tindakan dan penyikapan terhadap setiap hal yang datang. Dari hadits yang penulis kutip dari Kitab Bulughul Maram Hadits No. 1494 diatas menjelaskan tentang esensi ajaran islam yang semestinya di internalisasikan ke dalam diri setiap muslim. umat islam sering terjebak dalam mengambil nilai-nilai yang ada, semisal seperti mengatakan bahwa Tauhid, Ibadah, dll. Merupakan inti dari ajaran islam itu sendiri, ada benarnya, namun alangkah baiknya kita melihat akar sejarah bagaimana ajaran tauhid dapat berkembang luas pada waktu itu dengan cepat. Ketika Islam datang dan perbedadaan ras dan warna kulit tidak menjadi permasalahan, pembebasan para budak, etika pergaulan dalam bermasyarakat, dan tak lupa keikhlasan dalam memberi dan berbagi pada sesama, lalu muncul pertanyaan, apakah ajaran tauhid dapat diterima tanpa di tampakannya nilai-nilai tersebut? Penulis yakin, masyarakat ketika itu akan ragu, ketika ujug-ujug Muhammad datang menyampaikan risalah ketuhanan tanpa menunjukan nilai-nilai ketuhanan itu sendiri.
Banyak contoh-contoh lain, misal seperti Seorang pleacur yang masuk ke dalam syurga karena memberi minum seekor anjing atau hadits tentang seseorang yang Bangkrut karena sering menyakiti hati tetangganya. Esensi dari Ajaran Islam adalah Damai dan Kasih, hadits di atas penulis rasa sangat jelas, teori reward and punishment Allah terapkan untuk menegaskan bahwa eksistensi ajaran Islam dibangun dari hal-hal yang disebutkan dalam hadits tersebut. Maka berhati-hatilah dalam mengambil kesimpulan dalam sebuah ajaran, karena eksistensi dan nilai keislaman itu sesungguhnya ada di dalam diri tiap-tiap penganutnya. Kalau pepatah inggris mengatakan dont judge the book from the cover. Namun yakinlah dalam persoalan agama, yang presepsi masyarakat atas sebuah agam adalah dari penganutnya sendiri. Semoga Allah senantiasa menuntun kita untuk ke jalan yang lurus dan benar. Ihdinashirathal mustaqim.
Waullahu’alam bishawwab