Mungkin apa yang akan saya tumpahkan dalam tulisan sederhana
ini sudah seringkali dibaca atau didengar oleh para pembaca sekalian, namun
izinkanlah saya untuk sekali lagi menyuarakan beberapa hal tentang Islam. Saya bukan
seorang yang alim apalagi ustadz. Namun saya hanya sedikit dari banyak orang
yang begitu prihatin atas kondisi yang menimpa umat Islam. Pertama-tama saya
ingin menyajikan persoalan-persoalan yang saya rasa membahayakan citra agama
yang mulia ini, lalu muncul pertanyaan, apa yang menjadi permasalahan sehingga
saya harus prihatin terhadap kondisi umat? toh banyak sebagian umat yang
nampaknya baik-baik saja, tidak dalam kondisi kesusahan, kelaparan, kesakitan
dan lain sebagainya, kemudian apa masalahnya?
Apabila kawan-kawan sekalian gemar berselancar di
dunia maya baik lewat facebook, twitter, ataupun forum-forum online lainya. Kalian
akan banyak mendapati sesuatu yang "aneh", yang dilakukan oleh beberapa orang
Islam. Diantaranya di twitter, kalian akan menemui PKS lovers yang begitu fanatik
terhadap partainya, apalagi ketika ada isu-isu tertentu yang sedang manghampiri
partai tersebut seperti korupsi LHI, tingkah laku para elit politiknya yang
oportunistik, dan yang paling terbaru adalah isu poligami dari Presiden
partainya sendiri, Anis Matta. Para penghamba partai (yang katanya) dakwah ini,
dengan sekejap dan membabi buta akan menyerbu akun twitter kamu apabila kamu
men-twitkan suatu hal yang bersinggungan dengan isu-isu tersebut. Dilalah bersikap
legowo atau berusaha memberi klarifikasi (apabila tahu), justru mereka malah memarahi
kamu, menghakimi kamu dengan ayat-ayat Allah atau terkadang balas menghujat. Jumlah
para penghamba partai bulan sabit emas ini cukup signifikan di twitter land,
baik dari yang remaja, mahasiswa, sampai orang tua. Biasanya mereka mendapatkan
dukungan dari banyak ustadz-ustadz yang juga gemar berselancar di twitter land
seperti Salim A. Fillah dkk, yang merupakan kader PKS ataupun yang pro terhadap
PKS.
Selain PKS, di Twitter land kita juga bisa menemukan
banyak kader HTI atau Hizbut Tahrir Indonesia yang kerap meneriakan bahwa
demokrasi adalah sistem kufur, dan umat islam haram untuk hidup dalam suasana
demokrasi, pancasila merupakan ajaran-ajaran thagut dan Khilafah merupakan
satu-satunya solusi. Terkadang bisa terjadi perdebatan atau twit-war mengenai
metode dakwah yang sesuai dengan ajaran-ajaran Nabi antara kader PKS dan HTI. Kader
PKS dengan dogma-dogma dari Murabbinya dan elit partainya yang dianggap ma’shum
merasa bahwa cara dakwah yang paling baik untuk saat ini adalah menjadi
bagian dalam sistem demokrasi, yakni
melalui mekanisme pemilu dan menjadi wakil rakyat untuk menyuarakan aspirasi
umat islam. Sedangkan HTI lebih memilih jalan yang lebih radikal, melalui
penggulingan penguasa demi tegaknya khilafah dengan jargon khas “Khilafah
Solusinya!”. Biasanya dukungan untuk kelompok HTI muncul dari Felix Siaw yang
memang merupakan kader HTI, bahkan terkadang terang-terangkan mengutarakan
pendapat dan membuat twit land menjadi gempar karenanya, pendapatnya yang
kontroversial belakangan adalah Halal hukumnya membajak hak cipta dari
orang-orang kafir.
Diantara PKS dan HTI ada Salafi, dengan semangat
revivalisme sunnah Nabi, Salafi lebih terlihat seperti gerakan non blok
sebagaimana yang pernah digagas oleh Presiden Soekarno dahulu kala. Namun bukan
berarti mereka ada diantara keduanya, namun lebih menarik diri dari inti
perdebatan antara PKS dan HTI. Di twitter Land, Salafi bekerja secara soliter,
tidak ada kelompok, organisasi ataupun partai yang menaungi mereka. Kecenderungan
Salafi adalah mengutamakan dakwah-dakwah yang lebih bersifat formil, seperti
masalah ibadah sesuai Sunnah, berpenampilan seperti orang Arab, dan gaya hidup
yang seperti orang Arab. Namun apabila semak belukar tersulut api, maka
terbakarlah juga, Salafis ini terkadang terikut dalam arus perdebatan perihal politik,
terutama PKS yang kerap mengklaim dirinya sebagai representasi umat Islam.
Apabila Salafi adalah gerakan Non-Blok, maka ada
mazhab pertengahan (moderat) yang bersifat netral. Kelompok ini terdiri dari
kebanyakan orang dari kultur NU dan Muhammadiyah. Mazhab moderat ini lebih
memilh untuk tidak berpihak diantara keduanya (PKS & HTI) dan tidak pula
menjauh dari arus (Salafi). Di twitter land biasanya mazhab moderat lebih bersikap
toleran dan lebih banyak bermain-main, misalnya menggoda personil JKT48 melalui
fasilitas mention. Kelompok netral ini lebih berpotensi untuk menarik massa
mengambang (floating mass), atau
pengguna twitter yang awam atau tidak memiliki kecenderungan kepada kelompok
manapun bahkan dapat menjangkau non muslim. Dalam pusaran perdebatan, biasanya
kelompok netral memiliki sikap tersendiri yang lebih konformis/toleran atau
bisa disepakati oleh banyak orang tanpa ada kontroversi.
Terakhir adalah JIL atau Jaringan Islam Liberal,
kelompok ini seringkali mengaku sebagai bagian dari mazhab moderat, namun
seringkali pula ditolak kecenderungan tersebut oleh kelompok moderat sendiri.
JIL merupakan salah satu pusat arus kontroversi di twitter land dengan
pendapat-pendapatnya yang tidak “umum” mengenai permasalahan agama. Salah satu
pentolan JIL di twitter yang kerap menjadi objek bullying di twitter misalnya
seperti Ulil Abshar Abdalla, Guntur Romli, Luthfi Syaukani, Akhmad Sahal,dll.
Mengapa dari twitter? Lewat media sosial
yang satu ini kita dapat mengamati perputaran arus wacana yang ada di negeri
ini dari isu agama, politik, hukum, budaya dsb. Terima kasih kepada Tuhan dan para ilmuan yang
membuat segalanya menjadi mudah.
Keempat mazhab di atas merupakan fenomena menarik
yang terjadi dalam umat Islam, walaupun juga ada kelompok pinggiran (minor)
seperti Syi’ah, Ahmadiyah, dsb. Namun perputaran arus wacana yang lebih deras
terjadi pada keempat kelompok di atas. pada awal tulisan ini saya memberikan
arahan bahwa ada sesuatu yang “aneh” yang akan kita temui dalam
fenomena-fenomena yang sudah saya ceritakan di atas, lalu apa fenomena
tersebut?
Ada kata yang menjadi poin penting
dalam cerita saya di atas yakni “perdebatan”, perdebatan bisa diartikulasikan
sebagai perang wacana. Namun ada apa dengan perang wacana? Bukankah itu
merupakan budaya yang baik dan cerdas, menyelesaikan masalah dengan perdebatan
seperti yang sering dilakukan oleh para filusuf dahulu kala. Benar pertentangan
sebatas perdebatan memang baik dan cerdas namun apa yang diperdebatkan disini
merupakan masalah yang prinsip, fundamental dan sakral. akibat yang muncul dari
perdebatan tersebut bahkan lebih berbahaya daripada mengkonfrontir seseorang
karena Ia mengatakan bahwa Ibumu adalah seorang pelacur. Pusaran arus yang
deras dapat dengan cepat berubah menjadi black
hole, menghisap dan memporak porandakan segala sesuatu yang ada di sekitar
kita. Seperti yang terjadi pada pertengahan tahun 2012, tepatnya di kota
Yogyakarta, kedatangan seorang feminis dari negeri Paman Sam ke suatu lembaga
tertentu, alih-alih bisa berdialog dan bertukar pendapat, perhelatan diskusi
dibubarkan oleh sekelompok orang berjubah, dengan mengibarkan bendera
bertuliskan “La Illaha illalah” dan
meneriakan takbir. Tidak cuma itu, sekretariat lembaga tersebut tak ayal
menjadi objek amukan massa yang katanya membawa misi suci tersebut, atau tokoh
salafi Ja’far Umar Thalib yang berfatwa bahwa Ulil Abshar Abdalla, halal
darahnya, maka boleh dibunuh. Ini merupakan contoh akibat dari perdebatan masalah-masalah
fundamental yakni agama.
Selain itu perdebatan yang berimbas
kepada konflik fisik dan politik ini juga mengakibatkan umat Islam tidak akur
diantara mereka sendiri. Syukur bahwa NU dan Muhammadiyah sudah bisa akur
beberapa tahun belakangan melalui kesadaran para pembesar-pembesarnya. Konflik antar
kelompok dalam umat Islam ini merupakan suatu fenomena yang unik, diantara
mereka masing-masing memperebutkan legitimasi teks (Qur’an dan Hadis) untuk membenarkan
setiap perilakunya dan ditarik pada kepentingan kelompoknya masing-masing. Apakah
ini suatu ketetapan atau takdir dari Tuhan? Saya memilih untuk tidak sepakat
apabila ini adalah takdir, apalagi dengan pembenaran hadis yang menyatakan bahwa
umat Islam akan terpecah menjadi 73 golongan, dan hanya satu yang selamat. Dengan
mengafirmasi pernyataan guru Saya bahwa apabila hadis tersebut ditinjau dari naqd al matan (kritik isi) nya, maka
hadis ini menimbulkan potensi perpecahan dalam tubuh umat Islam. Hal ini
terbukti, bahwa hampir dalam setiap kelompok umat Islam mengklaim bahwa mereka
adalah satu diantara 73, sebagaimana yang disebutkan dalam hadis tersebut. Hal inilah
yang kemudian menimbulkan kefanatikan dalam bermazhab/berjama’ah, menafikan
kelompok lain selain kelompok mereka dengan memonopoli seluruh kebenaran yang
ada di dalam teks (al-Qur’an dan Hadis).
Konflik horizontal yang timbul melalui monopoli
kebenaran inilah permasalahan yang sedang terjadi dalam umat Islam, setiap
kelompok menganggap merekalah yang paling benar maka kelompok di luar Mereka
adalah salah. Hal ini berimbas pada ketidak kompakan umat Islam dalam mengambil
sikap karena dipengaruhi oleh cara pandang (worldview)
yang berbeda-beda pula.
Tidak ingin terlalu jauh berenang dalam pusaran
perdebatan antar kelompok dalam tubuh umat Islam, permasalahan yang sebenarnya adalah bahwa umat
Islam sudah terlalu lama terbuai dalam pertentangan teologis yang sudah
berlangsung selama ratusan tahun. Sebagaimana kita pahami bersama bahwa Islam
mulai terpecah menjadi beberapa golongan sudah sejak pasca pecahnya perang siffin.
Pasca peperangan yang diakhiri dengan kemenangan Muawiyah bin Abu Sofyan atas
Ali bin Abi Thalib tersebut umat Islam terpecah menjadi 3 Kelompok yakni Mu’tazilah,
Asy-Syar’iyah dan Khawarij. Bayangkan saja pertentangan yang sudah terjadi
sejak ratusan tahun lalu belum juga usai hingga detik ini, apabila perdebatan
ini tidak juga diselesaikan, maka benar apa yang dikatakan oleh Ashgar Ali
Engineer, bahwa umat Islam terjebak dalam ritual, dogma dan metafisis yang
membingungkan, dengan wajah yang seperti ini, agama
sama saja dengan mistik dan menghipnotis masyarakat. Mengapa menghipnotis
masyarakat? Karena sifat Islam yang Rahmatan lil ‘alamin tidak berjalan dengan
baik, Ia ibarat sebuah donat yang diperebutkan oleh banyak anak usia dini tanpa
memperhatikan apa yang terjadi disekitarnya, terhipnotis oleh kelezatan donat
yang ada di depan mata. Islam yang diturunkan sebagai agama pembebas dan
memiliki fungsi secara sosial hanya menjadi “konon” karena umatnya sedang sibuk
berebut siapa yang berhak memiliki donat.
Permasalahan
yang seharusnya Islam menjadi garda paling depan dalam menumpasnya seperti
korupsi, pelanggaran HAM, dan kesewenang-wenangan penguasa kian bebas berseliweran
dalam masyarakat tanpa hambatan, karena umat Islam sedang sibuk berebut donat. Umat
Islam terlalu menghabiskan energy terhadap suatu hal yang tidak terlalu banyak
maslahatnya, dan jika terus terjadi, maka kemudharatan akan terus berseliweran
di sisi umat Islam sendiri tanpa ada perhatian yang khusus. Kemudian apabila
konflik internal umat Islam ini terus terjadi dan tidak dapat terselesaikan,
apakah salah jika Marx mengatakan bahwa agama adalah candu bagi masyarakat? Umat
terbuai bagaikan terhipnotis terhadap permasalahan yang sudah berlangsung
selama ratusan tahun tanpa ada sedikitpun ide untuk melakukan rekonsiliasi
perdamaian. Keringat, harta, bahkan darah akhirnya harus terbuang percuma
dibawah satu bendera yang sama, ISLAM.
Waullahu ‘allam
…..Sesungguhnya
manusia itu amat zalim dan amat bodoh. (Al-Azhab, 33[72])
Penulis aktif di twitter land dengan nama pengguna @GusFadhil
No comments:
Post a Comment