Tuesday, May 10, 2016

Peluang Di Balik Kemunculan Paman Lambat

Belakangan ini, Balikpapan sedang ramai dengan isu kemunculan pocong di daerah TPI Manggar. Sosok pocong yang ditengarai sebagai arwah Paman Lambat itu seolah murka dengan menghantui warga sekitar karena tali ikat pocongnya tidak dilepas ketika pemakamannya.

Menurut isu yang beredar, tali pocong Paman Lambat ternyata memang sengaja tidak dilepas, karena semasa hidupnya, almarhum merupakan pengikut aliran tertentu. Bahkan ketika dikuburkan, jenazah hanya ditutup dengan tikar. Sangat berbeda dengan metode penguburan umat muslim sebagaimana biasanya, yaitu ditutupi beberapa papan dan diganjal dengan tanah liat yang dibentuk laiknya bola-bola dragon ball.

Kabarnya, ada beberapa orang yang sudah mengingatkan agar tali pocong mayit dilepas.  Karena menurut mitos masyarakat Indonesia, apabila tali pocong dari mayit yang akan dikuburkan tidak dilepas, maka arwah akan gentayangan karena merasa urusannya belum selesai di dunia, atau sering dianggap matinya penasaran. Namun, sayangnya himbauan tersebut tak dituruti. Bahkan seorang pria paruh baya bernama Pak Sarifuddin sempat berkata dengan nada menantang, “Kalau pocongnya gentayangan, sini, biar saya lepaskan talinya sekalian!”


Mungkin si Pocong dari alam sana secara tak sengaja mendengar ucapan pak Sarifuddin, sambil dalam hati berkata, “Okeh, loe jual, gue beli!”

Sehari setelah pemakaman Paman Lambat, ternyata betul, Pak Sarifuddin adalah orang pertama yang didatangi oleh si Pocong penasaran tersebut. Menurut pengakuan belio, tiba-tiba situasi sekitar rumahnya menjadi sangat senyap. Anjing dan ternaknya berteriak bak jomblo yang gelisah sebab tak punya gandengan tuk saksikan wajah rupawan Dian Sastro di AADC2.

“tok..tok..tok..” 

“buka…buka..”

Pak Sarifuddin kemudian penasaran dan langsung bergegas ke arah pintu.

Ketika di buka, ternyata tidak ada siapapun disana. Aneh bin ajaib, seketika hembusan angin membawa bau yang amat busuk masuk ke dalam rumah. Secara refleks, belio langsung membuka jendela untuk mengurangi bau tersebut.

Kaget luar biasa. Pak Sarifuddin melihat sesosok pocong terlentang santai di bawah jendela rumah belio. Mungkin sambil nyengir si pocong berkata, “Jadi elu yang kemarin nantang gue? Gue jabanin, tong!”.

Pak Sarifuddin tentu tak hanya berdiam diri. Ia bergegas mendatangi tempat dimana pocong tadi bersantai dengan satu tujuan mulia. Melepas tali ikatan pocong yang ditengarai sebagai arwah penasaran Paman Lambat tersebut.

Tak perlu menunggu lama. Beberapa hari setelah itu, cerita tentang pocong penasaran  menjadi trending topic di media massa kota Balikpapan. Bahkan, salah satu media lokal berbasis online pun melakukan jurnalisme investigasi dengan turun langsung dan melacak pemberitaan kasus kemunculan pocong Paman Lambat di daerah TPI Manggar tersebut.

Kepopuleran pocong Paman Lambat langsung meroket. Daerah dimana Paman Lambat dimakamkan langsung berubah menjadi tempat wisata misteri. Orang-orang yang penasaran pun berdatangan untuk mengecek langsung kebenaran dari cerita tersebut.

Kemunculan hantu pocong di kawasan itu ternyata tidak dianggap sebagai malapetaka oleh beberapa pedagang kaki lima. Bahkan mereka menganggap ini sebagai suatu anugerah.

Pentol laris, bensin eceran, es, rokok, ciki-ciki semua laris.

Lebih mengagetkan lagi, seorang pedagang pentol pun dengan penuh rasa syukur berkata, “Saya hanya dengan mangkal di sini saja, sudah banyak keuntungan yang didapatkan.”

Saya merasa bahwa kemunculan Paman Lambat harusnya bisa diperhatikan secara serius oleh pemangku kebijakan di sana. Di tengah lesunya perekonomian kota, kemunculan Paman Lambat dapat menggerakan roda perekonomian masyarakat. Utamanya bagi masyarakat kecil.

Ini tentu saja bisa menjadi tumpuan ekonomi alternatif. Dibandingkan hanya melulu bergantung pada industri sektor migas dan tambang sebagai kantung-kantung penyaluran angkatan kerjanya.

Lihatlah ketika harga minyak dunia terjun payung dan batu bara kayang mundur. Pemerintah kota seperti tak punya pemain pengganti yang bagus disaat kedua pemain intinya mengalami cedera metatarsal dan retak tulang kering.

Disnakersos Balikpapan mencatat bahwa sepanjang 2015 lalu, gelombang PHK mencapai jumlah 7 ribu orang. Meski tidak semua dari Balikpapan, namun efek dominonya tetap saja terasa.

Karena masalah ini, bahkan salah satu industri garmen terbesar di Balikpapan harus mengurangi 50% tenaga kerjanya dikarenakan menurunnya orderan dari perusahaan migas dan tambang.

Apakah ini suatu kebetulan? Wow..wow..wow
Tentu saja tidak. Mari kita lihat fakta yang lainnya!

Krisis yang dialami perusahaan migas dan tambang berimbas pada babak belurnya APBD kota Balikpapan tahun anggaran 2016. Pemerintah kota dipaksa menghemat anggaran 15 s/d 30%! Ini dikarenakan Dana Bagi Hasil (DBH) migas yang disalurkan dari pemerintah pusat hanya mendapatkan Rp 52 Milyar dari total keseluruhan sejumlah Rp 284 Milyar! Wow..wow..wow!

Kini sudah waktunya pemerintah kota memutar otak, mengasah strategi yang jitu, agar kota yang paling dicintai di dunia ini tidak mengalami masalah serupa kedepannya.

Bisa saja berdagang di kawasan wisata misteri mampu menjadi solusi bagi masyarakat. Roda perekonomian jadi kembali bergerak. Masyarakat senang, bapak turut senang.

Dalam lubuk hati yang paling dalam, saya berterima kasih atas kontribusi Paman Lambat dalam menggerakan perekonomian di kawasan pinggiran kota Balikpapan. Meskipun kecil, percayalah, itu adalah amal yang besar di sisi Allah SWT.

Saya yakin, semasa hidupnya belio pasti gemar mengangkat tangan kiri sambil bernyanyi darah juang atau internasionale bersama kawan-kawannya demi memperjuangkan hak masyarakat pinggiran.

Hasta La Victoria Siempre, Paman Lambat!

*Terbit pertama kali di Indehoy.net

No comments:

Post a Comment