Belakangan ini, Balikpapan sedang ramai
dengan isu kemunculan pocong di daerah TPI Manggar. Sosok pocong yang
ditengarai sebagai arwah Paman Lambat itu seolah murka dengan menghantui
warga sekitar karena tali ikat pocongnya tidak dilepas ketika
pemakamannya.
Menurut isu yang beredar, tali pocong
Paman Lambat ternyata memang sengaja tidak dilepas, karena semasa
hidupnya, almarhum merupakan pengikut aliran tertentu. Bahkan ketika
dikuburkan, jenazah hanya ditutup dengan tikar. Sangat berbeda dengan
metode penguburan umat muslim sebagaimana biasanya, yaitu ditutupi
beberapa papan dan diganjal dengan tanah liat yang dibentuk laiknya
bola-bola dragon ball.
Kabarnya, ada beberapa orang yang sudah
mengingatkan agar tali pocong mayit dilepas. Karena menurut mitos
masyarakat Indonesia, apabila tali pocong dari mayit yang akan
dikuburkan tidak dilepas, maka arwah akan gentayangan karena merasa
urusannya belum selesai di dunia, atau sering dianggap matinya
penasaran. Namun, sayangnya himbauan tersebut tak dituruti. Bahkan
seorang pria paruh baya bernama Pak Sarifuddin sempat berkata dengan
nada menantang, “Kalau pocongnya gentayangan, sini, biar saya lepaskan talinya sekalian!”
Mungkin si Pocong dari alam sana secara tak sengaja mendengar ucapan pak Sarifuddin, sambil dalam hati berkata, “Okeh, loe jual, gue beli!”
Sehari setelah pemakaman Paman Lambat,
ternyata betul, Pak Sarifuddin adalah orang pertama yang didatangi oleh
si Pocong penasaran tersebut. Menurut pengakuan belio, tiba-tiba situasi
sekitar rumahnya menjadi sangat senyap. Anjing dan ternaknya berteriak
bak jomblo yang gelisah sebab tak punya gandengan tuk saksikan wajah
rupawan Dian Sastro di AADC2.
“tok..tok..tok..”
“buka…buka..”
Pak Sarifuddin kemudian penasaran dan langsung bergegas ke arah pintu.
Ketika di buka, ternyata tidak ada
siapapun disana. Aneh bin ajaib, seketika hembusan angin membawa bau
yang amat busuk masuk ke dalam rumah. Secara refleks, belio langsung
membuka jendela untuk mengurangi bau tersebut.
Kaget luar biasa. Pak Sarifuddin melihat
sesosok pocong terlentang santai di bawah jendela rumah belio. Mungkin
sambil nyengir si pocong berkata, “Jadi elu yang kemarin nantang gue? Gue jabanin, tong!”.
Pak Sarifuddin tentu tak hanya berdiam
diri. Ia bergegas mendatangi tempat dimana pocong tadi bersantai dengan
satu tujuan mulia. Melepas tali ikatan pocong yang ditengarai sebagai
arwah penasaran Paman Lambat tersebut.
Tak perlu menunggu lama. Beberapa hari setelah itu, cerita tentang pocong penasaran menjadi trending topic di media massa kota Balikpapan. Bahkan, salah satu media lokal berbasis online
pun melakukan jurnalisme investigasi dengan turun langsung dan melacak
pemberitaan kasus kemunculan pocong Paman Lambat di daerah TPI Manggar
tersebut.
Kepopuleran pocong Paman Lambat langsung
meroket. Daerah dimana Paman Lambat dimakamkan langsung berubah menjadi
tempat wisata misteri. Orang-orang yang penasaran pun berdatangan untuk
mengecek langsung kebenaran dari cerita tersebut.
Kemunculan hantu pocong di kawasan itu
ternyata tidak dianggap sebagai malapetaka oleh beberapa pedagang kaki
lima. Bahkan mereka menganggap ini sebagai suatu anugerah.
Pentol laris, bensin eceran, es, rokok, ciki-ciki semua laris.
Lebih mengagetkan lagi, seorang pedagang pentol pun dengan penuh rasa syukur berkata, “Saya hanya dengan mangkal di sini saja, sudah banyak keuntungan yang didapatkan.”
Saya merasa bahwa kemunculan Paman
Lambat harusnya bisa diperhatikan secara serius oleh pemangku kebijakan
di sana. Di tengah lesunya perekonomian kota, kemunculan Paman Lambat
dapat menggerakan roda perekonomian masyarakat. Utamanya bagi masyarakat
kecil.
Ini tentu saja bisa menjadi tumpuan
ekonomi alternatif. Dibandingkan hanya melulu bergantung pada industri
sektor migas dan tambang sebagai kantung-kantung penyaluran angkatan
kerjanya.
Lihatlah ketika harga minyak dunia
terjun payung dan batu bara kayang mundur. Pemerintah kota seperti tak
punya pemain pengganti yang bagus disaat kedua pemain intinya mengalami
cedera metatarsal dan retak tulang kering.
Disnakersos Balikpapan mencatat bahwa
sepanjang 2015 lalu, gelombang PHK mencapai jumlah 7 ribu orang. Meski
tidak semua dari Balikpapan, namun efek dominonya tetap saja terasa.
Karena masalah ini, bahkan salah satu
industri garmen terbesar di Balikpapan harus mengurangi 50% tenaga
kerjanya dikarenakan menurunnya orderan dari perusahaan migas dan
tambang.
Apakah ini suatu kebetulan? Wow..wow..wow
Tentu saja tidak. Mari kita lihat fakta yang lainnya!
Krisis yang dialami perusahaan migas dan
tambang berimbas pada babak belurnya APBD kota Balikpapan tahun
anggaran 2016. Pemerintah kota dipaksa menghemat anggaran 15 s/d 30%!
Ini dikarenakan Dana Bagi Hasil (DBH) migas yang disalurkan dari
pemerintah pusat hanya mendapatkan Rp 52 Milyar dari total keseluruhan
sejumlah Rp 284 Milyar! Wow..wow..wow!
Kini sudah waktunya pemerintah kota
memutar otak, mengasah strategi yang jitu, agar kota yang paling
dicintai di dunia ini tidak mengalami masalah serupa kedepannya.
Bisa saja berdagang di kawasan wisata
misteri mampu menjadi solusi bagi masyarakat. Roda perekonomian jadi
kembali bergerak. Masyarakat senang, bapak turut senang.
Dalam lubuk hati yang paling dalam, saya
berterima kasih atas kontribusi Paman Lambat dalam menggerakan
perekonomian di kawasan pinggiran kota Balikpapan. Meskipun kecil,
percayalah, itu adalah amal yang besar di sisi Allah SWT.
Saya yakin, semasa hidupnya belio pasti
gemar mengangkat tangan kiri sambil bernyanyi darah juang atau
internasionale bersama kawan-kawannya demi memperjuangkan hak masyarakat
pinggiran.
No comments:
Post a Comment