Friday, May 13, 2016

Bukan Pasar Malam: Sebuah Refleksi Tentang Kehidupan


Judul novel: Bukan Pasar Malam
Penulis: Pramoedya Ananta Toer
Penerbit: lintiara Dipantara
Jumlah halaman: 106 halaman
ISBN: 978-979-3820-03-3

Siapa tidak mengenal Pramoedya Ananta Toer? Novelis kenamaan Indonesia yang sudah tidak asing lagi ditelinga para penggemar literasi. Pram yang lekat dengan tulisan bergaya anti kolonialisme dalam novel kali ini hadir dengan wajah lain. Karena dalam novel kali ini, masa pendudukan kolonial sudah usai, maka dimulailah masa pembangunan awal Negara.

Bukan Pasar Malam bercerita tentang kisah seorang mantan prajurit pasca revolusi  yang mendengar kabar bahwa ayahnya sedang menderita sakit keras. Tokoh “Aku”  dalam novel ini sebelumnya pernah mengirim surat pada sang ayah yang mempertanyakan mengapa adiknya bisa sampai mengalami sakit keras. Surat itu ternyata menimbulkan implikasi tersendiri terhadap tokoh “Aku” yang merasa, apakah suratnya itu yang kemudian membuat sang ayah kecewa padanya sehingga jatuh sakit. Perasaan bersalah dan kekhawatiran yang kemudian membawa tokoh “Aku” mengambil keputusan untuk kembali pulang ke tanah kelahirannya Blora untuk melihat keadaan sang Ayah.

Wednesday, May 11, 2016

Sadiq Khan dan Gegap Gempita Ekspress



Belakangan ini jagat media sosial di Indonesia menjadi gempar. Bukan karena ciuman basah Cinta dan Rangga atau isu diamankannya Ikan Louhan di Jogja karena terdapat motif lambang PKI di sisiknya. Tetapi karena terpilihnya Sadiq Khan, seorang muslim sebagai walikota di London, Inggris.

Sontak, ucapan syukur dan berita kemenangan muslim imigran asal Pakistan tersebut  berseliweran diberbagai media sosial. Namun sayangnya, dalam waktu yang cukup singkat, puja puji dan ucapan syukur karena terpilihnya seorang muslim pertama sebagai walikota di negeri tafir itu berubah menjadi ungkapan kekecewaan, kesedihan, bahkan kejijikan.

Lha, bagamana tidak, sosok yang awalnya dikira sukses terpilih sebagai walikota karena dianggap membawa citra Islam secara utuh tersebut, ternyata pendukung aspirasi kelompok pro-LGBT.  Di samping itu, Khan merupakan anggota dari Partai Buruh. Partai berhaluan kiri-tengah atau sosialis demokrat. 

Pro LGBT lalu kiri pula! Bah, lengkap sudah ketafiran yang melakat dalam dirinya. Akhirnya, Khan yang sebelumnya dipuja-puji, dalam sekejap ditinggalkan, karena telah terbukti telah tafir sejak dalam pikiran dan perbuatan.

Tuesday, May 10, 2016

Peluang Di Balik Kemunculan Paman Lambat

Belakangan ini, Balikpapan sedang ramai dengan isu kemunculan pocong di daerah TPI Manggar. Sosok pocong yang ditengarai sebagai arwah Paman Lambat itu seolah murka dengan menghantui warga sekitar karena tali ikat pocongnya tidak dilepas ketika pemakamannya.

Menurut isu yang beredar, tali pocong Paman Lambat ternyata memang sengaja tidak dilepas, karena semasa hidupnya, almarhum merupakan pengikut aliran tertentu. Bahkan ketika dikuburkan, jenazah hanya ditutup dengan tikar. Sangat berbeda dengan metode penguburan umat muslim sebagaimana biasanya, yaitu ditutupi beberapa papan dan diganjal dengan tanah liat yang dibentuk laiknya bola-bola dragon ball.

Kabarnya, ada beberapa orang yang sudah mengingatkan agar tali pocong mayit dilepas.  Karena menurut mitos masyarakat Indonesia, apabila tali pocong dari mayit yang akan dikuburkan tidak dilepas, maka arwah akan gentayangan karena merasa urusannya belum selesai di dunia, atau sering dianggap matinya penasaran. Namun, sayangnya himbauan tersebut tak dituruti. Bahkan seorang pria paruh baya bernama Pak Sarifuddin sempat berkata dengan nada menantang, “Kalau pocongnya gentayangan, sini, biar saya lepaskan talinya sekalian!”

Monday, May 9, 2016

Ikan Lele dan Kelas Menengah Ngehek

Mungkin masih segar di ingatan masyarakat Balikpapan tentang seekor buaya yang terlihat di parit depan Puskib. Sebagaimana diberitakan oleh portalbalikpapan.com pada 26 Juni 2015, yang menjelaskan bahwa sesuai keterangan warga pada saat itu terlihat seekor buaya di sana. “Tadi ada buaya disitu, lalu saya ambil batu dan lemparkan, buayanya sembunyi di situ.”  ujar salah satu warga yang berada di tempat kejadian perkara. Setelah itu seorang warga sembari meninggalkan tempat kejadian berceletuk, “Mungkin lele kali yang dia liat, terus disangkanya buaya.”

Mengakhiri Ke-njlimetan Dalam Menulis


Lama sudah tak ku sentuh dia. Kira-kira hampir setahunan lebih. Para pembaca setia blog ini mungkin juga sudah bertanya-tanya, “Kemana gerangan rimbanya penulis blog yang keren ini? sakitkah atau barangkali sedang sibuk?” 

Tahi kucing! Abaikan saja dialog imajiner yang ndak mungkin bakalan muncul di halaman komentar blog ini. wong, postingan yang dulu-dulu saja tidak ada yang pernah komen. Weits, jangan salah kira. begini-begini , blog yang minim isi namun kaya makna ini sudah dikunjungi 20 ribu orang, loh! Lha, bagaimana ndak 20 ribu, dibuatnya aja sejak tahun 2009. Wkwk

Monday, June 29, 2015

Mempersoalkan Vickynisme


Bagi sebagian orang bahasa ilmiah memang merupakan bahasa yang sulit dimengerti, terutama bagi orang-orang yang minim membaca. Apa yang dibaca juga menjadi faktor penentu seseorang memahami gaya bahasa ilmiah atau tidak. Karena bahasa-bahasa ini biasanya digunakan dalam penulisan yang bersifat akademik sehingga sangat kecil kemungkinan ditemukan di dalam buku komik, novel remaja, dan bacaan ringan lainnya. Kewajiban penggunaan bahasa ilmiah mulai dilatih di dunia kampus, bahkan hal ini menjadi suatu keharusan dalam penulisan bersifat akademis seperti makalah, paper, skripsi, dan riset. Namun bisa saja ada orang yang tidak menempuh pendidikan di dunia kampus namun memahami bahasa ilmiah karena Ia menyukai bacaan yang bersifat ilmiah.

Thursday, January 2, 2014

UMAT ISLAM BEREBUT DONAT


Mungkin apa yang akan saya tumpahkan dalam tulisan sederhana ini sudah seringkali dibaca atau didengar oleh para pembaca sekalian, namun izinkanlah saya untuk sekali lagi menyuarakan beberapa hal tentang Islam. Saya bukan seorang yang alim apalagi ustadz. Namun saya hanya sedikit dari banyak orang yang begitu prihatin atas kondisi yang menimpa umat Islam. Pertama-tama saya ingin menyajikan persoalan-persoalan yang saya rasa membahayakan citra agama yang mulia ini, lalu muncul pertanyaan, apa yang menjadi permasalahan sehingga saya harus prihatin terhadap kondisi umat? toh banyak sebagian umat yang nampaknya baik-baik saja, tidak dalam kondisi kesusahan, kelaparan, kesakitan dan lain sebagainya, kemudian apa masalahnya?

Friday, October 4, 2013

Imperatif Kategoris: Etika Profesi Penegak Hukum

Carut marutnya moralitas para penegak hukum di Indonesia sudah tak terelakan. Di media-media baik cetak maupun elektronik ramai diberitakan tertanggkapnya jendral, kasus suap hakim, korupsi dalam tubuh kepolisian, dan lain sebagainya.
Negara seakan buta, tuli dan gagu tak berdaya menyelesaikan berbagai persoalan yang muncul. Atau bahkan negera terlibat (?). Persoalan dalam negeri ini memang tak ada habisnya. Banyak pakar yang menyebut bahwa yang salah adalah sistem, ada pula yang mengakatan moralitas manusianya yang buruk. Kedua hal tersebut bisa saja benar namun bisa saja salah. 

Sunday, April 28, 2013

Mencari Islam yang Membebaskan



            Penggunaan kata “liberal” dalam konteks Islam akan selalu menuai kontroversi bagi banyak golongan, namun kita perlu kita ingat bahwa apabila kita melakukan penggalian secara mendalam dari aspek ontologi ajarannya, Islam adalah liberal. Sulit diterima banyak kalangan, karena kata “liberal” telah terstigmakan negatif dikalangan umat islam Indonesia, lantaran sering melakukan penafsiran-penafsiran yang berbeda dari ketentuan yang telah diatur para ulama-ulama sebelumnya.
            Islam sebagai ajaran rahmatan lil ‘alamin memang telah membuktikan sifatnya yang liberalistis. Hal ini dapat diketahui melalui pelacakan dalam teks-teks tarikhul islam atau sejarah islam yang telah ditulis oleh banyak ulama. Bahkan kita secara tidak langsung pernah menyampaikan islam

Wednesday, December 5, 2012

Dialektika

Dialektika sebagai proses merupakan hal lumrah yang terjadi pada diri manusia. sebagaimana yang jelaskan oleh para psikolog, bahwa manusia adalah makhluk paradoksal yang senantiasa dapat berubah-ubah. Suatu saat mengatakan A kemudian mengakatan B, sesuai dari apa yang pernah diterimanya baik dari buku, diskusi, maupun refleksi pemikiran. ini bukan mengenai inkonsistensi, melainkan proses belajar. mengubah keputusan bukanlah sebuah malapetaka, melainkan munculnya pertimbangan yang menjadi pemicu diubahnya sebuah keputusan. kamu belajar, berpikir kemudian merefleksikan nya berpotensi terjadinya perubahan. dipertanyakan ketetapan sikap seseorang, yang dalam hal ini suatu sikap diambil berdasarkan proses berpikir atau penggalian realitas secara mendalam. dalam fikih kita mengenal taqlid atau ikut-ikutan, tanpa landasan pemikiran atau dasar yang jelas secara dogmatis mengapa ia memilih A, padahal A belum tentu lebih baik dari pada B.